Friday, July 7, 2017

Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen JURU MASAK

Disini saya akan membagikan jawaban mengenai tugas memahami kaidah bacaan teks cerpen juru masak.


Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokohplottemabahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

 Semoga membantu!

A. KOSAKATA DI CERPEN


1.   Gulai: Sayur berkuah santan dan diberi kunyit serta bumbu khusus (biasanya dicampur dengan ikan, daging kambing, daging sapi, dan sebagainya).
2.   Rebung : Anak (bakal batang) buluh masih kecil dan masih muda, biasa dibuat sayur.
3.   Membujang : Menjadi orang yang belum atau tidak kawin
4.  Pencak: Permainan dengan keahlian untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak dan sebagainya.
5.   Perwira : Anggota tentara yang berpangkat diatas bintara.
6.   Beleng : Hanya satu, hanya seorang diri (tanpa adik atau kakak)
7.  Tabiat : Perangai; watak; budi pekerti; perbuatan yang dilakukan; kelakuan; tingkah laku.
8. Kenduri : Perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya.
9.   Musabab : Sebab dari segala sebab (yang menjadi asal); yang menyebabkan.
10. Mempersunting : Meminang dengan tujuan untuk memperistri.


B. MAJAS DI CERPEN 

No.
Gaya Bahasa
Kalimat
1.
Antitesis : Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya
Sejak dulu, Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya.
2.
Retorik : Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut
Orang tua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua?

Apa susahnya mendatangkan Makaji?
3.
Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar
Nasi banyak gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang.
4.
Hiperbola  Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal
Adik–adiknya sudah terbang hambur ke negri orang. Dua kali meriam ditembakan ke langit.
5.
Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Kuah gulai rebungnya encer seperti kuah sayur toge.
6.
Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia
Akibatnya, berseraklah fitnah dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah.
Tetapi macam-macam hidangan tidak menggugah selera.
7.
Alegori : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Tabiat orang tua memang selalu begitu, walau terasa semanis gula tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang.

Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan.
8.
Simile :Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai"
Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.

Yaap sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat!


BACA JUGA


EmoticonEmoticon